Entri Populer

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger

Jumat, 31 Desember 2010

Dishub Ngaku Kesulitan Bikin Jalur Sepeda Khususnya Bmx

Kepala Dinas Perhubungan DKI Ja­karta Udar Pristono me­ngatakan, desakan berbagai ko­munitas se­peda, salah satunya se­perti Aso­siasi BMX Indo­nesia (ABMXI) agar Pemprov DKI Jakarta mem­buat jalur khusus bagi pengguna sepeda tidak bisa dilakukan.

Dia beralasan, kapasitas jalan menjadi penyebab masih susah­nya membuat lajur khusus bagi pengendara sepeda. Untuk itu, di­perlukan penambahan kapasi­tas ruas jalan. Sementara untuk me­wujudkan hal ini, akan me­makan waktu lama serta ang­garan yang tidak sedikit.

“Untuk sekarang, bersepeda ba­ru bisa dilakukaan saat hari be­bas kendaraan bermotor atau car free day saja,” ucapnya.

Ditanya kapan target pembu­a­t­an jalur sepeda ini akan mulai dibuat, Udar mennjawab, be­lum bisa memberikan target. Ka­rena sejauh ini, menurutnya, me­ngatur lajur kendaraan pribadi saja pi­haknya masih kesulitan.

Udar mengimbau, untuk se­men­­tara para bikers agar meng­gu­nakan jalur yang sudah ada. “Naik sepeda boleh-boleh saja, ambil jalur lambat sebelah ki­ri. Jalur yang ada saat ini saja ti­dak mencukupi untuk kendaraan pri­badi. Kita (Pemda DKI) belum bisa mengatur jalur khusus se­pe­da,” ungkapnya.

Peng­amat tata kota dari Institut Tek­nologi Bandung (ITB) Jo­hansyah Siregar me­nya­takan, rencana Pemda DKI membuat jalur se­peda di ruas jalan pro­to­kol akan mem­ba­hayakan pengen­­­dara ken­daraan lainnya, terma­suk pengen­dara sepeda sendiri.

“Pasalnya, ka­pasitas ruas jalan yang ada di Ja­karta saat ini sangat terbatas. Bah­kan tidak mampu menampung jum­lah kendaraan yang selalu me­ningkat setiap tahunnya,” jelas Johansyah.

Dia menjelaskan, untuk se­men­tara, Dinas Tata Kota DKI Jakarta sendiri tidak mendukung dibuat­nya jalur khusus sepeda. Ini di­dasarkan pada penilaian adanya perbedaan mendasar antara Ja­karta dan negara-negara maju yang dijadikan acuan ada­nya ja­lus khusus sepeda.

Di negara ma­ju, jalur sepeda disediakan di ka­wasan lokal ter­tentu dan berada di tengah pemu­kiman. Itu pun terintegrasi dan terencana dengan jalur pejalan kaki. Karena itu dia menyaran­kan agar Pemrov DKI lebih memfo­kuskan pembangunan moda trans­­portasi cepat massal yang efek­tif dan saling terintegarasi.

“Segera realisasikan mass rapid transit (MRT), mo­norel, transportasi pengumpan (fee­der), dan terus tingkatan pelaya­nan bus Transjakarta,” ujarnya.

Pengamat transportasi dari UI Alvian­syah menilai, rencana pem­bangu­nan jalur sepeda tidak dapat dila­kukan dengan kondisi jalan saat ini. Pasalnya, pem­bu­a­t­an jalur sepeda tidak bisa disatu­kan de­ngan jalur kenda­raan ber­motor. “Jika dipaksa­kan, akan me­nuai kritik tajam, ter­utama permasa­la­han kea­ma­n­an,” ujar Alviansyah.

Sebelumnya, Pemda DKI me­lontarkan wacana membuat jalur sepeda khusus dengan meniru pola yang diterapkan di China se­perti di kota Tianjin dan Shen­yang. Di kedua kota itu, ham­pir 65 persen penduduk me­ngendarai sepeda untuk perja­lanan mereka.

Sebagai gambaran dari pe­man­­tauan lalu lintas di Kota Tianjin, konon lebih dari 50.000 sepeda melintas di satu persim­pangan jalan dalam waktu satu jam. Di Beijing, malah ada lara­ngan penggunaan sepeda mo­tor untuk menekan polusi.

Sementara itu di Bogota, ibu­kota Kolombia, Wali Kota Bo­gota Enrique Penalosa (1998-2000) membang­un jalur sepeda sepanjang 350 kilometer. Ini me­rupakan kota yang memiliki jalur sepeda ter­panjang di Amerika Latin mau­pun di kota-kota ne­gara berkem­bang lainnnya. Ja­lur-jalur sepeda dan pedestrian di­buat ter­inte­grasi, serta akses yang luas sehingga menembus berba­gai ka­wasan permukiman.

Selain perlunya jalur khusus bagi pengguna sepeda, pengelola gedung perkantoran juga dapat membangun lokasi parkir khu­sus untuk sepeda, karena me­mang trans­portasi ini rawan pen­curian. Apalagi harga sepeda di Kolombia bi­sa ber­kisar antara Rp 1 juta hing­ga Rp 30 juta

Sementara menilik sisi sejarah­nya, di Jakarta bersepeda tentu bu­­kan barang baru. Di tahun 1950-1960, Jakarta diketahui sa­ngat kaya akan sepeda. Sepan­jang Jalan Stasiun Gambir sam­pai depan Harmoni terdapat ja­lan khusus untuk sepeda. Lebar­nya cukup untuk enam sepeda.

Tak pu­tus-putusnya sepeda ber­lalu di jalan itu. Pengendara­nya mulai dari kalangan peda­gang, pegawai negeri, termasuk siswa sekolah keluarga berada. Tidak seperti sekarang, hanya pa­ra pedagang keliling seperti pe­da­gang siomay, bakso dan roti yang hilir-mudik di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dari arah Jalan MH Thamrin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar